Tentang Kami


Adalah Media Online bagi anak keturunan Keluarga Besar Mbah Dulgani – Mbah Amat Karjo – Mbah Kasbit beserta sanak famili. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga di luar itu, artinya siapa saja bisa berbagi pengalaman di sini. Tentang kata “ulamak”, adalah gabungan penggalan huruf yang ada dalam kalimat nama “Dulgani – Amat Karjo – Kasbit”.

A. Filosofi

KAMI BUKANLAH ORANG YANG BAIK

Karena itu, kami akan senantiasa berupaya dengan cara belajar, belajar, dan terus belajar | mencari, mencari, dan terus mencari | melihat, membaca, mendengar, memperhatikan, memikirkan dengan segala daya dalam rentang waktu tiada batas. Agar kami tidak semakin tidak baik.

B. Mengenal Lebih Dekat Keluarga Besar Dulgani Amat Karjo

Kita adalah anak-anak Rajawali. Tetapi cara kita menyikapi hidup ini tidak lebih baik dari Ayam. Mengapa? Karena kita hidup di lingkungan ayam, makan bersama ayam, dan dibesarkan oleh tradisi ayam. Padahal kita adalah anak-anak Rajawali.

B.1. Keluarga Dulgani dari Jalur Maryam

1. Wasiat

Menurut syara’ wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik itu berupa barang, piutang ataupun manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat sesudah orang yang berwasiat tersebut mati.

1.1. Ucapan

Sebelum menghadap illahi-robbi. Mbah Marsinem putri pasangan Amat Ngaliman alias Daliman dengan Maryam atau cucu Mbah Dulgani pernah berwasiat antara lain:

a. Mbah Marsinem berucap kepada Supi anaknya:

“Suk lek wis tak tinggal (wafat), Edy lek neng omah omongono yen wayah kerjabakti neng kuburan Santren kon ngenyangi. Sebab leluwure dewe (bapak, mbok, mbah) kabeh dikubur neng kono. Aku mbesuk ugo kuburen neng kono. Ora usah kog sandhingne bapakmu”.

b. Kepada Supi Mbah Marsinem juga berucap:

“Sajakne aku ki turunane wong pinter (ngerti, nyantri). Mbahku Dulgani kuwi critane wis kaji (Kaji Dulgani). Mugo-mugo anak turune mbesuk enek sing nurun pinter koyo mbah-mbahe”.

Di sini memberikan pengertian bahwa Mbah Marsinem sendiri belum pernah bertemu langsung dengan Mbah Dulgani dalam kalimat “critane wis kaji”.

1.2. Barang

Bulan Mei 2015 yang lalu Mbah Marsinem sudah 1000 (seribu) hari terhitung sejak wafatnya. Ada kejadian aneh tapi nyata, Waini salah seorang anaknya yang tinggal di Garut Bandung Jawa Barat datang ke Trenggalek. Dulu ketika Mbah Marsinem baru saja wafat belum genap sebulan Waini kepada saudara-saudaranya pernah berucap bahwa ia sangat menginginkan harta peninggalan Mbah Marsinem untuk segera diwaris (dibagi).

Saat itu anak tertua Mbah Marsinem yakni Pakde Misni tidak setuju atas keinginan Waini. Pakde Misni menyarankan kepada adik-adiknya untuk bersabar sehingga sampai selesai selamatan 1000 (seribu) hari wafatnya Mbah Marsinem. Saran Pakde Misni tersebut membuat Waini marah-marah sambil mengumpat macam-macam, kemudian pulang ke Garut.

Kedatangan Waini kali ini yang dikira oleh saudara-saudaranya ingin segera membagi waris ternyata malah sebaliknya. Waini justru menyarankan agar tidak semua harta peninggalan Mbah Marsinem dihabiskan (ada sebagian disisakan yakni sawah etan). Apa yang dikatakan Waini sangat bertolak belakang dengan keinginan awalnya.

Saudara-saudaranya menjadi bingung bukan kepalang. Bahkan mereka banyak yang menganggap Waini sedang sakit ingatan. “Sebab kedatangannya ke Trenggalek kali ini memang ada masalah keharmonisan dengan suami dan anak-anaknya yang ada di Garut”, Waini bercerita pada saya. Ditambah lagi ucapan Waini sering ngelantur entah kemana. Di samping itu, Waini juga berusaha mencari barang-barang leluhur yang sudah lama terpendam (sesuatu yang aneh tapi nyata).

Dari beberapa barang peninggalan leluhur yang berhasil ditemukan dijelaskan oleh Waini tentang fungsi dan kegunaannya seakan Waini hidup di masa lampau. Beberapa penjelasannya ada yang bisa diterima oleh akal, namun bagi saya ada 1 (satu) peninggalan yang perlu diterjemahkan lebih lanjut yakni Guci/Botol Bekas Minuman Keras Jaman Penjajahan Belanda dimana Waini bilang:

“Ini Boneka (golekan = bahasa Jawa). Dulu saya diberi 3 (tiga) barang; satu ini (maksudnya guci/botol bekas miras) dari Mbok, golekan cantik berwarna kuning kehijau-hijauan dari Bapak, dan satu lagi selendang warna kuning polos juga dari Bapak. Kemudian selendang tersebut diminta Mbah Ras (salah satu adik Mbah Menan suami Mbah Marsinem). Golekan cantik tersebut dulu saya jatuhkan, pecah, dan lenyap entah kemana”.

Hari ini (Jum’at, 31 Juli 2015) keadaan fisik Pakde Misni mati separo akibat stroke, sementara Waini oleh saudara-saudaranya masih dianggap belum benar-benar waras. Apa yang disampaikan Waini seringkali masih sulit diterima oleh akal. Bagi saya, sulit itu bukan berarti tidak bisa. Yuli (putri Waini) menganggap bahwa apa yang terjadi pada ibunya hanya halusinasi belaka. Saya sependapat dengan Yuli tetapi tidak sepenuhnya, terbukti bahwa salah satu peninggalan leluhurnya berwujud guci/botol bekas miras jaman penjajahan Belanda tersebut memang benar adanya. Jadi selain halusinasi, apa yang terjadi pada Bulik Waini bisa diartikan lebih pada ketidakmampuan otaknya dalam menyampaikan pesan abstrak yang dilihatnya/diterimanya/dinampakkan padanya.

Catatan Kejadian Penting Terkait Barang-barang Peninggalan:

  • Mbah Ras; Bawa Selendang
  1. Kebiasaan mengisi bak mandi terus-menerus menimba dan mengisinya sekalipun sudah tumpah;
  2. Sering meminta sesuatu yang kurang wajar dari Mbah Menan seperti: meminta pintu rumah, meminta padi di sawah padahal belum waktunya di panen, dll;
  3.  Sering ngomel-ngomel sendiri. (Keterangan dari Mbok Supi).
  • Pakde Misni; Menyuruh Supi membuang guci/botol bekas miras
  1. Sehabis selamatan 7 (tujuh) hari wafatnya Mbah Marsinem. Bersama Supi melihat barang-barang peninggalan Mbah Marsinem kemudian menyuruh Supi membuang barang-barang yang menurutnya tidak ada guna manfaatnya termasuk guci/botol bekas miras;
  2. Sejak saat itu terjadi pada Pakde Misni secara berturut-turut: a. Jatuh dari atap asbes warung Bulik Warisah saat membersihkan daun-daun rambutan kering yang mengotori atap asbes. Saat itu saya bawa bersama Slamet (menantu Pakde Misni) dengan satu sepeda motor kami apit di tengah untuk kami antar ke Dukun Sangkal Putung (Mbah Nyamin, Ds. Pucanganak Kec. Tugu Kab. Trenggalek). Beberapa hari berikutnya bisa sembuh dan bisa aktifitas seperti biasanya cari ramban/pakan ternak kambing, dll; b. Mengasah arit (sabit) di depan rumah Bulik Warisah tiba-tiba tergelempang jatuh tak sadarkan diri (kejadian ini disaksikan oleh Marsini istri saya); c. Sejak tergelempang Pakde Misni tidak sadar sampai berhari-hari di Rumah Sakit Umum Kab. Trenggalek. Setelah sadar kondisi fisiknya mati separo hingga hari ini (Sabtu, 01 Agustus 2015).
  • Bulik Waini; Memecahkan boneka dan tidak mau merawat guci/botol bekas miras padahal menurut pengakuannya sendiri telah disuruh oleh Mbah Marsinem untuk merawatnya.
  1. Terjadi kontradiksi dengan saudara-saudaranya terutama dengan Pakde Misni terkait keinginannya untuk segera membagi harta waris;
  2. Terjadi ketidakharmonisan dalam rumah tangganya hingga pisah ranjang / pisah rumah dimana Om Dedy (suaminya), Deny dan Opik (anak-anaknya) kini tinggal di Garut sementara Bulik Waini tinggal di rumah kediaman almarhumah Mbah Marsinem yang kini telah sah menjadi miliknya (Sabtu, 01 Agustus 2015).

Catatan Penting Terkait Pengambilan Harta Tanpa Pamit:

  • Edy Rochani: Mencuri gabah kemudian dijual untuk beli sepatu pada tahun 1989
  1. 18 Agustus 2003 terjadi pertengkaran hebat dengan istrinya Wiji Indriati hingga terjadi pisang ranjang dan berakhir dengan perceraian;
  2. Depresi mental hingga berbuat tidak sewajarnya menyelingkuhi 6 (enam) wanita istri orang; 4 (empat) perempuan dari Trenggalek, 1 (satu) perempuan dari Tulungagung, 1 (satu) perempuan dari Sidoarjo;
  • Sudjiono (suami Warisah): Menebangi tanaman di tanah pekarangan sebelah selatan rumahnya sekaligus langsung mendirikan bangunan di tanah tersebut
  1. Terkena musibah saat bekerja menggergaji kayu dengan mesin benso hingga cacat pada tangannya.
  2. Pada usia yang belum terlalu tua, mengalami sakit mengenaskan hingga rawat inap di ruang ICU (Intensive Care Unite) rumah sakit umum Trenggalek disebabkan disfungsi komplikasi organ tubuhnya sampai berhari-hari hingga wafat.

Catatan yang menurut saya penting ini bisa saja menjadi tidak penting tergantung bagaimana kita menyikapinya. Namun saya berkewajiban mengungkap semua ini agar bisa menjadi peringatan kepada semuanya. Wallohua’lam.

2. Karakter

Ada kemungkinan H. Abdulgani Bedji Tjilegon adalah orang yang sama dengan H. Dulgani Beji Kebon Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur yang sekarang makamnya ada di Santren Nglongsor Tugu Trenggalek

Insyaalloh H. Abdulgani Bedji Tjilegon adalah orang yang sama dengan H. Dulgani Beji Kebon Gondang Tugu Trenggalek Jawa Timur yang sekarang makamnya ada di Komplek Pemakaman Masjid “Nurul Huda” Santren Nglongsor Tugu Trenggalek

Dulgani atau Abdulgani berasal dari kata Abdul dan Gani. Kata Abdul adalah kependekan dari bahasa Arab “Abdullah” artinya Hamba Alloh. Abdul ditinjau dari bahasa Sansekerta artinya Penolong. Sedang Gani dalam bahasa Indonesia artinya Tanggung Jawab. Gani juga bisa berasal dari bahasa Arab “Ghoni” artinya Kaya. Nama Dulgani atau Abdulgani biasa diberikan untuk nama anak laki-laki. (http://carinamabayi.com/arti-nama/abdul-gani.html). Jika semua itu digabungkan, Abdulgani memiliki arti sebagai laki-laki hamba Alloh, suka menolong, tanggung jawab, dan kaya.

Nama Maryam berasal dari Al-Qur’an yakni perempuan ibu Nabi Isa As. Maryam adalah perempuan berkarakter: “Sabar, toleran. Berkeinginan kuat dan bertujuan. Memiliki kekuatan dari dalam. Memerlukan banyak kebebasan. Pengambil keputusan, keras kepala. Menginginkan finansialnya aman”  (http://carinamabayi.com/arti-nama/maryam.html).

Achmad distrik Kramat Watu asal Ardjowinangun dinyatakan terluka (were wounded) saat pertempuran di Toyomerto. Data hari ini (13 Agustus 2015) pada Sertifikat sawah kidul tertulis Amat Karjo.

Achmad distrik Kramat Watu dari Ardjowinangun dinyatakan terluka (were wounded) saat pertempuran di Tojomerto. Data hari ini (13 Agustus 2015) pada Sertifikat sawah kidul tertulis nama Amat Karjo.

Daliman (Amat Ngaliman). Nama Daliman adalah nama untuk anak laki-laki berasal dari bahasa Jawa artinya Laki-laki yang Gesit (http://artinama.organisasi.org/indonesia/jawa/daliman). Amat berasal dari bahasa Arab “Ahmad” artinya Terpuji, Salah satu nama Rasulullah SAW (http://artinama.organisasi.org/arab-islam/ahmad). Ngaliman berasal dari bahasa Arab “Alim” artinya Berilmu (http://artinama.organisasi.org/arab-islam/alim). Daliman alias Amat Ngaliman adalah putra dari Mbah Amat Karjo (Achmad Kardjo = Achmad dari Kramat Watu Ardjowinangun). Daliman alias Amat Ngaliman bisa diartikan sebagai Laki-laki yang Gesit, Terpuji, dan Berilmu.

“Mbah Dulgani sekalian, Mbah Kasbit sekalian” Dua (2) keluarga leluhur ini selalu disebut oleh Mbah Marsinem yang disampaikan kepada saya (Edy Rochani) setiap ada acara Kirim Do’a untuk Leluhur. Disamping leluhur lainnya seperti Mbah Achmad sekalian, Daliman sekalian, Kasbi sekalian, dll. Tetapi Mbah Dulgani dan Mbah Kasbit ini tidak pernah lupa.

Nama Kasbit berasal dari bahasa Esti / Estonia “kas biit” artinya “mengalahkan”. Atau dalam bahasa Inggris “the beat” artinya mengalahkan/menguasai. Kasbit juga bisa berasal dari Arab “Qabulush Shadaqati minal Kasbit Thayyibi wa Tarbiyatuha” (dan saya lebih yakin yang ini).

Kasbit adalah ayah dari Kasbi, dan Kasbi adalah ayah dari Menan suami Marsinem. Kasbi memiliki istri bernama Aminah.

Kasbi berasal dari istilah arab “qadirun ‘alal kasbi”

Ustad Syatori menjelaskan, makna dari qadirun ‘alal kasbi, qadir artinya mampu, sedangkan ‘alal kasbi artinya untuk melakukan kasab, sehingga diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan kasab. Kasab sendiri memiliki pengertian, yaitu usaha untuk mendapatkan uang. Dapat dikatakan pula, setiap usaha untuk mendapatkan uang disebut dengan kasab, yakni terdiri dari usaha yang boleh dilakukan (halal) dan usaha yang tidak boleh dilakukan (haram).

Setiap muslim memiliki urgensi untuk menerapkan karakter qadirun ‘alal kasbi dalam kehidupan sehari-hari, yang disesuaikan dengan tujuan hadirnya manusia di muka bumi ini yaitu sebagai ‘abdun (hamba) bagi Allah dan khalifah bagi Allah. Pasalnya, menjadi ‘abdun merupakan suatu keniscayaan yang bernilai mutlak bagi setiap manusia. Sehingga, apapun yang kita lakukan dalam hidup ini hendaknya disesuaikan dengan kapasitas kita sebagai ‘abdun (hamba).

(http://radioelnury.com/program-elnury/optimalkan-ikhtiar-diri-dengan-karakter-qadirun-alal-kasbi.html)

Aminah adalah nama Islami yakni Ibu Nabi Muhammad SAW. Kata Aminah berasal dari bahasa Arab yakni nama untuk perempuan artinya “Dapat Dipercaya” . Aminah berarti Perempuan yang dapat Dipercaya.  (http://carinamabayi.com/arti-nama/aminah.html).

3. Teologi dan Mistik

Tema yang perlu diketahui di sini adalah tentang Kemahakuasaan Allah (Absolutenes of God). Sebagaimana teolog Asy’ary lainnya, Syekh Nawawi menempatkan dirinya sebagai penganut aliran yang berada di tengah-tengah antara dua aliran teologi ekstrim: Qadariyah dan Jabbariyah, sebagaimana dianut oleh ahlussunnah wal-Jama’ah. Beliau mengakui Kemahakuasaan Tuhan tetapi konsepnya ini tidak sampai pada konsep jabariyah yang meyakini bahwa sebenarnya semua perbuatan manusia itu dinisbatkan pada Allah dan tidak disandarkan pada daya manusia, manusia tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Syekh Nawawi mengibaratkan syariat dengan sebuah kapal, tarekat dengan lautnya dan hakekat merupakan intan dalam lautan yang dapat diperoleh dengan kapal berlayar di laut.

Ilmu lahiriyah dapat diperoleh dengan proses ta’alum (berguru) dan tadarrus (belajar) sehingga mencapai derajat ‘alim’ sedangkan ilmu batin dapat diperoleh melului proses dzikr, muraqabah dan musyahadah sehingga mencapai derajat ‘Arif’.

(https://ulamak.wordpress.com/2015/08/09/syekh-nawawi-tanara-serang-banten/)

Keramat Beji (Bedji) Kebon:
Realita, Mistik, dan Keterkaitannya dengan The Peasant’s Revolt of Banten in 1888

Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur (sekitar 300 meter utara Balai Ds. Nglongsor Kec. Tugu)

Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur (sekitar 250 meter utara Balai Ds. Nglongsor Kec. Tugu). Area Beji tempo dulu Insyaalloh ada di pekarangan H. Abdulgani.

Sampai hari ini (13 Agustus 2015), Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek oleh warga sekitar masih dianggap keramat. Beji diyakini banyak warga sebagai tempat untuk “nyadran” (mencari pesugihan). Seorang warga yang menggarap sawah di sebelah barat Beji mengatakan: “Beji dulu luasnya 40 (empat puluh) ru. Tapi sepertinya, sekarang sudah berkurang (semakin sempit)”. Berkurangnya luas area Beji ini mungkin disebabkan antara lain oleh ulah mereka (orang-orang) di sekitarnya.

Sekalipun sekarang masih ada juru kuncinya. Beji kini nampak sudah tidak terurus dan tidak banyak pengunjungnya. Tetapi bau mistiknya masih belum hilang. Di area ini masih terasa “singlu” (ada semacam energi gaib). Seorang Abdi (dari Majan Tulungagung) ketika saya ajak ke lokasi (12 Agustus 2015) membenarkan adanya energi gaib tersebut. Pada saat itu saya (Edy Rochani) bersama Abdi, dan Hamba (saudara Abdi dari Majan Tulungagung) datang ke lokasi sekitar jam 11.00 siang. Saya dan Hamba mengelilingi lokasi, sementara Abdi duduk bersila di bawah pohon beringin (ringin).

Kemudian Hamba menunggu Abdi, sementara saya menghampiri seorang penggarap sawah sebelah barat area, ngobrol dengannya hingga beberapa saat. Selesai Abdi bersila, Hamba menghampirinya dan beberapa saat kemudian saya pun menghampiri mereka berdua. Saya bertanya:

Edy       :  “Gimana?”
Abdi  :  “Ya. Memang masih ada. Tapi nampaknya sudah tidak terlalu besar”.
Edy       :  “Apakah negatif?”
Abdi  :  “Tidak”.
Edy       :  “Bagaimana dengan cerita orang-orang bahwa di sini ada masjid gaib?”
Abdi  :  “Ya. Memang ada. Sekitar sebelah utara gubuk di bawah/dalam tanah. Masjid itu sangat besar”.

Habis Dhuhur (sebelumnya kami singgah di rumah Tatang Kristiawan belakang / selatan BRI Unit Tugu), kami bertiga melaju ke Trenggalek Kota (Yayasan Capil Indonesia) atau rumah Mbah Regan Subiyanto Jl WR. Supratman No. 1 Sumbergedong Trenggalek. Saya memang pernah bilang sama Mbah Regan bahwa: “Saya punya teman dari Tulungagung yang katanya selama ini, sejak tahun 2006 hingga kini masih belajar masalah-masalah ilmu gaib”. Mbah Regan menjawab: “Itu anak sebenarnya sedang sakit seperti saya dulu. Sebaiknya temanmu itu segera di bawa ke pondok salaf sebelum terlambat”.

Setelah beberapa saat duduk di ruang tamu, Bu Yani (istri Mbah Regan) menghampiri kami sambil membawakan kopi hitam. Mbah Regan mulai membuka percakapan, memperkenalkan diri pada Abdi dan Hamba. Banyak sekali Mbah Regan bercerita masalah pengalaman masa lalu yang inti/ending-nya adalah sebagai berikut: “Orang hidup itu ndhak usah neko-neko (banyak tingkah). Ikuti saja sunatulloh. Insyaalloh selamat”.

Tidak terasa waktu Ashar telah tiba, Abdi dan Hamba pamit pulang. Saya menceritakan dialog saya dengan Abdi ketika di Beji. Menurut Mbah Regan: “Kalau dikatakan Abdi energi di sana tidak jahat, menurut saya sebaliknya. Ada semacam kekuatan yang mendorong manusia datang ke sana untuk tujuan salah”, ungkapnya. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? “Sebaiknya bersihkan/rapikan tempat tersebut dari tanaman-tanaman yang kurang berguna, kemudian beri lampu terang di malam hari. Selain itu gunakan untuk rekreasi, photo-photo, dan sebagainya agar para lelembut jahat yang ada di sana segera pergi”, pendapat Mbah Regan.

Kontradiksi pendapat antara Abdi dan Mbah Regan Subiyanto bagi saya no komen. Saya hanya ingin mengatakan: “Beji adalah salah satu situs sejarah yang keberadaannya perlu dilestarikan. Warga sekitar dan pihak pemerintah juga para tokoh masyarakat maupun tokoh agama bekerja sama dalam hal ini. Menetralisir aura Beji dari energi buruk yang selama ini warga sekitar yakini”.

Dalam pandangan saya: “Beji bukanlah tempat untuk mencari pesugihan. Beji dalam sejarahnya adalah spirit perjanjian dan sekaligus do’a para leluhur agar generasi berikutnya selalu ingat dan hidup di jalan yang lurus (taat kepada Alloh, mencari ridho Alloh, dan menegakkan agama Alloh)”

Mak Waini berpendapat: “Orang-orang yang datang ke Beji untuk tujuan tidak baik adalah merupakan bentuk kebodohan, mereka terperangkap oleh tipu daya syetan”.

Realita Beji yang sampai saat ini perlu dicermati adalah: “Menurut Mbok Supi, mengatakan bahwa sekali pun tanaman-tanaman yang ada ditebang habis, ada 3 (tiga) tanaman yang kembali tumbuh di area ini yakni: Kembang Wungu, Ringin, dan Jambe”. Mengapa? Ada apa dengan semua ini? Adakah hubungannya dengan hidup dan kehidupan kita di dunia yang fana ini?

Bismillah Alhamdulillah, Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tumbuhnya ketiga tanaman itu dalam pandangan saya ada keterkaitannya dengan masalah hidup yang sedemikian kompleks, dimana spirit (semangat / jiwa) yang terkandung di dalam ketiga tanaman tersebut saling terkait tak terpisahkan. Pandangan ini tidak harus dipercaya sebab memang bukan kalam Alloh yang wajib diyakini, namun hanya sebatas perenungan saya yang terlalu bodoh:

  • Kembang Wungu

PHARBITIS NIL (L.) CHOISY

SinonimPharbilis pwpurea L

Klasifikasi :

Divisi : Spermaiophyta;   Sub divisi : Angiospermae;   Kelas : Dicotyledoneae;  Bangsa : Solanales;  Suku : Convolvulaceae;  Marga : Pharbitis;  Jenis : Pharbilis nil (L.) Choisy

Nama umum / dagang : Kembang Wungu;  Nama daerah Jawa : Kerabang Wungu (Jawa)

Diskripsi :

HabitusTerna, tahunan, memanjat, merambat, panjang mencapai 10 m;

BatangBulat, membelit, permukaan berbulu, hijau keunguan;

Daun : Tunggal, berseling, tangkai silindris, kasar, panjang 5-10 cm, hijau keunguan, helaian daun bentuk jantung, ujung meruncing, pangkal bertoreh raerabulal, tepi berlekuk atau rata, panjang 5-15 cm, lebar 5-10 cm, pertulangan menjari, permukaan halus, hijau gelap;

Bunga : Tunggal, di ketiak daun, kelopak berlepasan bagian pangkal membentuk tabung, panjang 2-3 cm, hijau, mahkota bentuk terompet, panjang 3-8 cm, halus, ungu bagian dalam ungu tua;

Buah : Buni, bentuk hulat telur, lunak, pennukaan licin, panjang 5-10 cm, hijau keunguan;

Biji : Bulat, jumlah banyak, pennukaan berusuk, kecil, hitara;

Akar : Serabut, putih kehitaman.

Ekologi dan penyebaran
Merupakan tumbuhan liar yang umum dijumpai tumbuh di pinggir hutan, tepi jalan, lereng-lereng tebing atau kadang dibudidayakan untuk penutup pagar dan pergola. Tumbuh baik di lanah yang lembab dan subur pada ketinggian 100 m hingga 1.000 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juli-Agustus. Panen buah yang sudah tua atau daun di musim kemarau.

Bagian yang digunakan
Biji dan daun dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.

Kegunaan
Pencahar, peluruh air seni, anti radang.

Khasiat dan pemanfaatan
Pencahar : biji kembang wungu kering sebanyak 10 gram dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai air rebusan tinggal setengahnya, setelali dingin diminum sekaligus, jangan digunakan bersama buah Croton tiglium.

Obat bengkak : 60 gram daun segar ditumbuk halus, tempelkan pada bagian yang sakit dibalut dengan kain bersih.

Kandungan kimia
Biji dan daun kembang wungu mengandung alkaloid dan saponin, di samping itu bijinya juga mengandung anfrakinon sedangkan daunnya mengandung polifenol. (Sumber: http://www.herbalisnusantara.com/tanamanobat/5-075.pdf)


Individu / Pribadi yang Kuat:
Punya Mimpi dan Berusaha Mewujudkannya. Kembang atau bunga menggambarkan sesuatu yang indah, impian hidup yang indah / mulia. Wungu bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bangun. Bangun dari tidur, belajar, berusaha, bekerja, pantang menyerah dalam rangka meraih mewujudkan mimpi menjadi sebuah kenyataan.

Salah satu manfaat tanaman Kerabang Wungu (Kembang Wungu) sebagai obat pencahar dan peluruh air seni mengingatkan kita bahwa mimpi yang telah terwujud berupa apa pun (ilmu, harta, jabatan, pangkat, dsb.), bukanlah untuk diri kita pribadi. Bahwa selain sebagai individu, sekaligus kita adalah makhluk sosial. Ada sebagian dari padanya adalah hak saudara kita dan makhluk-makhluk lainnya, dan itu wajib kita berikan dengan penuh keikhlasan.


  • Ringin

Di kalangan masyarakat Jawa, pohon beringin (ringin) dikenal mempunyai filosofi tersendiri, yakni sebagai pohon yang kokoh kuat dan mengayomi. Beringin tidak tumbuh ke atas, namun tumbuhnya melebar, mengembang dan terkadang kembali ke bawah menjuntai. Itu juga berarti orang harus mengenal asal usulnya,.. darimana dia berasal.

Pohon beringin juga selalu menjernihkan mata air yang ada di sekitarnya. Tanaman beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur perakarannya yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik.

Selain itu, jenis-jenis beringin memang diketahui sebagai habitat beberapa burung, reptilian, serangga dan mamalia yang mengkonsumsi buahnya. Jadi, dengan menanam beringin, secara tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna yang menjadikan beringin sebagai tempat hidupnya.

Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun.

Pohon beringin juga sangat identik dengan segala sesuatu yang berbau mistis. Banyak orang menganggap pohon besar ini suci dan tempat kekuatan magis berkumpul. Tak jarang pula orang yang berpikir kalau lokasi di sekitar pohon beringin adalah tempat yang angker. Hal ini dapat dimaklumi karena pohon tersebut rindang dan ‘singup’, tak heran kalau makhluk halus kerasan tinggal di sana menjadi penunggunya.

Namun, di balik semua rahasia yang tersimpan, pohon ini ternyata memiliki manfaat besar dalam menyembuhkan sejumlah penyakit.

Beringin yang bernama latin Ficus benyamina L, memiliki ketinggian sekitar 20 – 25 m. Batangnya tegak, bulat, dengan permukaan kasar. Pada bagian batang ini keluar akar gantung (akar udara). Pohon yang disebut waringin pada masyarakat Jawa dan Sumatera ini, memiliki bentuk daun tunggal, bertangkai pendek, dengan letak bersilang berhadapan. Bunganya tunggal, keluar dari ketiak daun, sementara buahnya buni bewarna hijau saat masih muda dan merah setelah tua.

Kandungan :

Akar udara yang terletak pada bagian batang pohon beringin mengandung asam amino, fenol, gula, dan asam orange. Memiliki rasa yang sedikit pahit, namun sejuk.

Khasiat :

Akar dan daun adalah bagian dari tanaman yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit. Akar udara dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri pada rematik sendi, dan luka terpukul (memar). Sementara daunnya berkhasiat menyembuhkan influenza, radang saluran napas (bronkitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (akut enteritis), disentri, dan kejang panas pada anak.

Untuk mengatasi kejang panas pada anak, Anda bisa menyiapkan sekitar 100 g daun beringin segar. Cuci bersih lalu rebus bersama 5 liter air selama 25 rnenit. Gunakan air rebusan ini selagi hangat untuk memandikan anak yang sakit.

Untuk mengobati bronchitis , caranya : Rebus 75 g daun beringin segar dan 18 g kulit jeruk mandarin dengan 3 gelas air, sampai tersisa sekitar 1 gelas saja. Setelah dingin saring dan minum 3 kali sehari pagi, siang dan malam. Lakukan selama 10 hari.

Sedang untuk mengatasi radang usus atu disentri caranya : Cuci bersih 500 g daun beringin segar dan rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa sekitar 1 gelas saja. Setelah dingin saring dan minum 2 kali sehari pagi dan sore masing – masing 1/2 gelas. (Sumber: Kinanthi, Nguri-uri Kabudayan Jawa via http://nisyacin.blogdetik.com)


Solidaritas yang Kuat:
Mau bekerjasama, duduk bersama bermusyawarah, gotong-royong, bahu-membahu, guyub-rukun, setia kawan, merasa senasib seperjuangan. Lebih jauh mau berinteraksi dengan sesama makhluk lainnya. Bagaimana kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bisa menghargai makhluk lain, menempatkan diri bukan dalam arti menghamba pada makhluk lain, penghambaan yang benar hanyalah kepada Tuhan.


  • Jambe

Pohon Jambe/Pinang memiliki nama yang bermacam-macam seperti Bua, Pinang, Penang, Pineung dan lain sebagainya. Sebagian besar masyarakat di Indonesia tentu telah mengenal akan buah yang satu ini. Biasanya, pohonnya digunakan sebagai perlombaan yaitu lomba memanjat pinang.

Selain dimanfaat untuk perlombaan, pohon yang tumbuh di daerah dengan ketinggian sekitar 1400 meter di atas permukaan laut ini ternyata dimanfaatkan pula untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Buah pinang mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan seperti arecolidine, arecaidine, guvacoline, guracine dan berbagai senyawa lainnya. Selain buahnya yang bermanfaat, biji buah pinang juga bermanfaat untuk merangsang otak karena bersifat adiktif dan memilki kandungan alkaloida yang juga bermanfaat seperti arekaina dan arekolina.

Selain untuk mengobati berbagai penyakit, buah pinang juga bermanfaat untuk menambah stamina terutama pada pria agar tidak cepat lemas dan loyo. Tidak sedikit orang yang mencari cara untuk meningkatkan stamina agar tetap kuat dan greng.

Nah, ternyata buah pinang ini bermanfaat sebagai suplemen untuk meningkatkan stamina pria secara optimal. Sayangnya, masih belum banyak yang tahu manfaat dari buah Pinang yang satu ini. Padahal, sudah sejak dari zaman dahulu, buah ini dipercaya mampu meningkatkan keperkasaan pria dikarenakan kandungan khusus yang terdapat di dalam buah tersebut. Misalnya, saja menurut berbagai sumber pada zaman dahulu para tentara mengonsumsi buah Pinang ketika harus berkelana di dalam hutan hingga untuk melawan penjajah.

Buah Pinang juga cocok untuk dijadikan sebagai santapan sehari-hari sehingga meskipun jarang mendapatkan asupan makanan, orang yang mengonsumsinya akan tetap memiliki stamina yang mantap. Buah Pinang juga bermanfaat bagi yang sudah berkeluarga, yakni untuk meningkatkan stamina pria dewasa. Caranya dengan dibuat jus. Pertama-tama siapkan buah pinang lalu pisahkan dari kulitnya. Setelah itu, campurkan dengan kuning telur, madu dan susu lalu blender sampai halus. Agar ampasnya tidak ikut terminum, maka sebaiknya jus disaring terlebih dahulu.  (Sumber: http://caramemperbesarpenisku.net/khasiat-buah-pinang-untuk-meningkatkan-keperkasaan-pria/)


Aqidah yang Kuat:
Belum pernah ada pohon Jambe/Pinang memiliki cabang. Jika ada, itu berarti tidak wajar atau tidak nomal. Begitulah gambaran pohon jambe bagaimana semestinya makhluk terhadap Tuhan (Alloh), selalu mengesakan-Nya. Jika ada makhluk menuhankan selain dari pada-Nya, itu artinya sedang sakit (tidak wajar / tidak normal layaknya jambe yang bercabang) karena itu tidak harus dibenci tetapi perlu dibantu dicarikan obat / solusinya.

Jika buah jambe diyakini bisa untuk menjaga stamina pria, harusnya ini bisa lebih mendorong spirit kita bahwa menjaga kesehatan lahir maupun batin itu adalah wajib hukumnya. Bagaimana mungkin aqidah kita bisa terjaga sementara lahir utamanya batin kita sakit-sakitan?


Sebuah Analisis Sejarah Keramat Beji Kebon,
Antara Realita dan Mistik

Dari pendapat warga dan cerita orang-orang tua sekitar, kemudian kami sambungkan dengan dokumen Belanda masa penjajahan dalam buku sejarah “The Peasant’s Revolt of Banten in 1888” karya Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dan Prof. Dr. W. F. Wertheim.

Setidaknya ada 5 (lima) kata kunci terkait dengan Keramat Beji Kebon dalam analisa saya sebagai berikut: 1. Beji (Bedji) dan sawah-sawah di sekitarnya; 2. Santren; 3. Luas 40 (empat puluh) ru; 4. Tiga Tanaman (Kembang Wungu, Ringin, Jambe); 5. Masjid Gaib “Nurul Mujahidin” Pimpinan H. Abdul Karim.

Beji (Bedji) Kebon konon adalah tempat persembunyian pelarian para pejuang (mujahidin) yang telah terdesak pasukan Belanda dalam perang “Pemberontakan Petani Banten Tahun 1888” atau terkenal dengan nama “Geger Tjilegon”. Beji dan semua yang terkait dengan keberadaanya adalah tanda/bukti yang sengaja mereka (para pejuang) buat untuk menunjukkan bahwa mereka belum kalah / belum mati / dan masih bertahan hidup, siap melanjutkan perjuangan.

  • Beji (Bedji) dan sawah-sawah di sekitarnya, serta Santren

“…Fightened by the dreadful story of what happened in Tjilegon, circuitous and inconvenient route. This was done because it was feared that the people of Gunungsantri Kulon might be alarmed by the approach of the troop. At about daybreak they were already at the border of the sawahs surrounding Bedji…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Beji (Bedji) Kebon dan sawah-sawah di sekitarnya terkait erat dengan semangat perjuangan mereka dimana ditulis dalam sejarah Geger Tjilegon pada kalimat “of the sawahs surrounding Bedji”.

Santren yang dimaksud di sini adalah Dsn. Santren Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek. Bahkan sampai sekarang masjid yang berdiri di Dsn. Santren yakni Masjid Nurul Huda masih berdiri kokoh. Semangat itu mengambil dari sejarah yang menunjukkan suatu tempat “Gunungsantri”.

“…That Sunday night, Hadji Abdulhalim and Hadji Abdulgani left for Bedji and Tunggak respectively, where the latter was to meet Hadji Usman. Hadji Abdulgani and Hadji Usman had been instructed to collect combatants from the north-eastern part of the afdeling of Anjer that same night and to advance with the column to Tjilegon early the next morning…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Hadji Abdulgani (H. Dulgani), adalah salah satu tokoh pejuang yang berhasil menyelamatkan diri saat terjepit dikepung pasukan Belanda, kemudian berdomisili di Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek hingga akhir hayatnya. Beliau dimakamkan di Komplek Pemakaman Masjid Nurul Huda Dsn. Santren Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek.

Makam H. Dulgani dan Ny. Dulgani

Makam H. Dulgani dan Ny. Dulgani di Komplek Pemakaman Masjid Nurul Huda Dsn. Santren Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek (Sekitar 50 Meter arah Barat POM Bensin Nglongsor atau dari Beji Kebon sekitar 200 Meter ke Selatan + skitar 50 Meter ke Timur)

Detik-detik akhir perlawanan H. Abdulgani dkk. melawan Belanda ditulis dalam buku “The Peasant’s Revolt of Banten in 1888” karya Sartono Kartodirdjo adalah sebagai berikut:

Detik-detik akhir perlawanan

Detik-detik akhir perlawanan tertulis di sini dalam note/catatan: 1-9 were killed during the encounter at Tojomerto; 10-17 at the time of their arrest; 18-29 at the battle at Tjisiit; 30 by Bachet.

1-9 were killed during the encounter at Tojomerto (Tewas saat pertempuran di Tojomerto). 10-17 at the time of their arrest (mereka tertangkap). 18-29 sejumlah 12 (dua belas) pejuang termasuk Hadji Abdulgani from Bedji district Tjilegon at the battle at Tjisiit (bertahan dan bertempur di Tjisiit). 30 by Bachet (tewas di tangan Bachet).

Perhatikan angka 12 (Dua Belas). Selanjutnya angka ini menjadi spirit bagi Hadji Abdulgani mengenang sejarah perjuangan bersama ke-12 temannya bertempur sampai titik darah penghabisan, hingga akhirnya beliau bersama teman-temannya melarikan diri karena benar-benar terdesak.

  • Luas Bedji 40 (empat puluh) ru, dan Tiga Tanaman (Kembang Wungu, Ringin, Jambe)
Sumber: Sartono Kartodirdjo, The Peasant's Revolt of Banten in 1888, Laporan Direktur Departemen Dalam Negeri dan Laporan Direktur Departemen lnterior, 18 September 1888.

Sumber: Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888, Kutipan tidak lengkap Laporan Direktur Departemen Dalam Negeri dan Laporan Direktur Departemen lnterior, 18 September 1888.

Dari data di atas, secara mistis dapat dianalisa keterkaitan antara Sejarah Pemberontakan Petani Banten 1888 dengan eksistensi Bedji Kebon sebagai berikut:

Analisis I :

Kemungkinan besar ide tentang pemberian nama Bedji Kebon adalah dari H. Abdulgani mengingat bahwa beliau berasal dari Bedji distrik Tjilegon. Tetapi bisa juga ide semuanya mengingat dalam sejarah disebutkan bahwa di Bedji-lah mereka sering mengadakan pertemuan-pertemuan sebelum Geger Tjilegon benar-benar meletus;

“…From Bedji messengers were also sent to Tanara; Hadji Mahmud and Hadji Alpian carried the information from Hadji Wasid, calling on Hadji Abdulradjak to rise. The latter, however, could not summon the people to gather in arms, simply because nobody there was prepared to take part in the rising. The messengers met with more enthusiasm in Tirtajaya, where Kjai Murangi was ready to join the rebellion. In Bantardjati (Bogor), a small force of fourteen men was awaiting the call to rebellion from Hadji Wasid…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Luas Bedji Kebon 40 (empat puluh) ru menggambarkan bahwa mereka berjuang tidak sendiri melainkan bersama dengan ke 40 muridnya, kecuali Achmad tidak memiliki murid sebab beliau tercatat bukan sebagai Religious Teacher (Guru Agama) melainkan Rebel (Pemberontak);

Achmad merasa tidak pantas, malu bersanding dengan teman-teman seperjuangannya terkait dengan Bedji Kebon. Hingga akhirnya berdo’alah Achmad pada Sang Hyang Widi agar diberikan 1 (satu) tanda “Sabda Pandita Ratu: tumbuhlah di Bedji Kembang / Kerabang Wungu, Ringin, dan Jambe”. Secara emosional, Achmad ingin mengatakan: “Aku (Achmad), benar-benar Achmad dari Kramat Watu (Kerabang Wungu) Ardjowinangun (Ringin Jambe), sekali pun aku bukan guru agama yang punya murid seperti kalian, mengertilah bahwa aku juga ikut berjuang seperti dan bersama kalian”;

Jumlah mereka 12 orang. Jumlah seluruh murid = 11 x 40 = 440. Semuanya 12 + 440 + 1 tanda dari Achmad = 453. Jika angka ini dipisah dan dijumlah kembali = 4 + 5 + 3 = 12. Sehingga sekalipun realitanya 452, namun secara mistis nilai spiritnya tetap 12.

Kemudian jika 12 dipisah dan dijumlah kembali = 1 + 2 = 3. Orang hidup itu harus cerdas: 1. Individu / Pribadi yang Kuat: Punya Impian dan Berusaha Mewujudkannya (Kembang / Kerabang Wungu); 2. Solidaritas yang Kuat: guyub-rukun, gotong-royong, setia kawan, merasa senasib seperjuangan, dsb. (Ringin), dan 3. Aqidah yang Kuat: Selalu Mengesakan Tuhan (Jambe).

Analisis II :

Realita

Fakta yang lain berupa makam Daliman (Amat Ngaliman) di Komplek Pemakaman yang sama dengan H. Abdulgani, dan makam Kasbi di Pemakaman Umum Etan Kali Talun Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek.

Berdasarkan bukti tertulis pada Sertifikat Tanah Sawah Kidul (Mbalong Ds. Nglongsor) milik almarhumah Marsinem bahwa tanah tersebut berasal dari Tanah Adat milik Amat Ngaliman putra dari Amat Karjo. Amat Ngaliman beristrikan Maryam (salah satu putri H. Abdulgani), dan Marsinem adalah salah satu anak dari pasangan tersebut. Makam Marsinem berada di tempat yang sama dengan H. Abdulgani, Rais, Maryam, Mustamar, Amat Ngaliman alias Daliman, dan kerabat lainnya,  tepatnya di selatan atau di bawah ayahnya.

Suami Marsinem bernama Menan adalah putra sulung dari Kasbi. Menurut cerita Mbah Marsinem dulu kepada saya bahwa Mbah Kasbi adalah salah satu putra dari Mbah Kasbit. Makam Menan berada di tempat yang sama dengan Kasbi, Ny. Aminah (Istri Kasbi), Senen, Jito, Budi Cahyono, dan kerabat lainnya, tepatnya di sebelah barat makam Kasbi.

Sampai hari ini, Minggu 16 Agustus 2015 bahwa saya masih berusaha mencari “sisik melik” terkait keberadaan makam Kasbit dan Amat Karjo belum saya dapatkan. Berdasarkan data buku sejarah “The Peasant’s Revolt of Banten in 1888” karya Sartono Kartodirdjo di atas, ditulis jelas bahwa Kasbit berasal dari Plabuan sedang Achmad dari Ardjowinangun sama-sama Kramat Watu. Disebabkan begitu banyak nama Achmad terkait dengan Geger Tjilegon, maka sangat beralasan jika kemudian beliau menyebut dirinya Mat Karjo / Amat Karjo / Achmad Kardjo. Menurut analisa saya, bahwa Achmad Kardjo ini maksudnya Achmad dari Kramat Watu Ardjowinangun.

Kepada Supi cucunya, Mbah Maryam pernah bercerita: “Buyutmu ki ibarate ngono kena diarani wong kabur kanginan tanpo sanak tanpo kadang. Naliko jaman biyen, buyutmu melu perang mungsuh londo. Konco-kancane akeh sing badha mati. Mbah buyutmu keplayu diuber-uber londo kecemplung kalen sing jeru banget. Akhire mergo isih oleh pitulungane Gusti bisa mentas, banjur mlaku turut alas nganti pirang-pirang sasi golek slamet” (Diceritakan kembali oleh Supi kepada Edy Rochani 17 Agustus 2015).

Mistik

“…Pada pukul sepuluh pagi hari tanggal 30 Juli pasukan itu meninggalkan Sumur dengan membawa kesebelas mayat pemberontak yang tewas. Kemudian di Cilegon, mayat-mayat itu diidentifikasikan sebagai pemberontak-pemberontak yang sedang dikejar-kejar oleh pasukan pemerintah, termasuk Haji Wasid, Kiyai Haji Tubagus Ismail, Haji Abdulgani dan Haji Usman. Perlu ditambahkan bahwa dua mayat telah jatuh ke dalam sungai dan karenanya dianggap hilang, sementara di kemudian hari ditemukan lagi satu mayat. Selanjutnya diperkirakan bahwa enam pemberontak telah berhasil meloloskan diri : mereka adalah Haji Jafar, Haji Ala, Haji Saban, Akhmad, Yahya dan Saliman. Mereka dapat bergerak bebas untuk beberapa waktu, namun pada akhirnya dapat ditangkap juga…” (Sumber: http://oktavialindamundarwati.blogspot.com/2014/06/sejarah-lokal_20.html)

Kemungkinan, 2 (dua) mayat yang jatuh ke sungai dan dianggap (sekali lagi dianggap) hilang tersebut adalah H. Abdulgani dari Bedji Tilegon dan Achmad dari Ardjowinangun Kramat Watu. Kemungkinan tersebut beralasan mengingat Bedji Kebon dan Masjid Nurul Huda Santren juga di bangun / berada dekat dengan sungai. Bahkan dalam realita yang telah disebutkan di atas bahwa keduanya kemudian menjodohkan anaknya (besanan dalam istilah Jawa) sebagai bentuk perasaan senasib seperjuangan.

Kedua pemberontak (Rebel istilah Belanda) atau pejuang (Mujahidin dalam sudut pandang Indonesia) ini hanyut di sungai dalam keadaan terluka. Kemudian keduanya sadar, menyusuri hutan belantara mencari tempat persembunyian hingga berbulan-bulan lamanya, hingga akhirnya ditemukanlah daerah yang menurut mereka berdua benar-benar aman (daerah dimaksud, sekarang dikenal dengan sebutan Keramat Beji Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur).

“…At the end of March 1888, after the meeting in Bedji and about a hundred days before outbreak of the revolt, the expectation became more ardent in large circles. What is puzzling is that there were no indications of any leakage of information about the plotters plans which reached government officials or their spies. After the rebellion it was rumoured that many prominent Bantenese officials must have known was brewing, and even that they had lent themselves to the conspiracy. But we are running ahead of our story. Meanwhile the agitation was mounting by the day, and people were urged to sharpen their klewangs because a great rising was near at hand, in which all government authorities must be killed…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Awalnya, ide pemberian nama Bedji itu muncul dari H. Abdulgani dengan alasan: 1. Ingin menunjukkan pada generasi berikutnya bahwa sejarah Geger Tjilegon itu benar adanya; 2. Bedji Tjilegon adalah tempat bersejarah karena di situlah para mujahidin sering melakukan pertemuan-pertemuan membahas tentang “Perang Sabil” hingga meletusnya Geger Tjilegon; 3. Menunjukkan bahwa beliau adalah Abdulgani dari Bedji Tjilegon bukan Abdulgani dari Ardjowinangun Kramat Watu atau Abdulgani lainnya tersebut dalam sejarah.  

Masalah nama Bedji sebenarnya Achmad Kardjo sepakat. Tetapi menghilangkan identitas Ardjowinangun Kramat Watu baginya sangat berat karena itu sama halnya melupakan / mengilangkan identitas beliau sebagai orang Ardjowinangun Kramat Watu yang juga ikut berjuang.

Perseteruan pun terjadi disebabkan keduanya sama-sama keras kepala. Itu bisa dimaklumi sebab keduanya memang jiwa-jiwa pemberontak. Selanjutnya mereka berpikir bahwa kita perlu 1 (satu) teman lagi sebagai penengah bagaimana pun caranya. Penenengah yang bisa meluluhkan menyatukan pendapat kita. Lalu siapa? Dicari, diteliti, direnungkan, sampai akhirnya pilihan tersebut jatuh pada Kasbit. Di satu sisi Kasbit sepaham dengan H. Abdulgani salah satunya ditunjukkan dalam sejarah bahwa beliau tercatat sebagai Religious Teacher sama dengan H. Abdulgani. Di sisi lain beliau berasal dari Plabuan Kramat Watu sama dengan Achmad yang berasal dari Kramat Watu. Baik H. Abdulgani maupun Achmad sama-sama mengenal dekat sosok Kasbit. Kasbit pun tahu benar karakter dan kepahaman kedua temannya. Dalam hal teologi, H. Abdulgani lebih condong pada Teologi Asyariah sedang Achmad lebih kental pada Islam Kejawen.

H. Dulgani mengoptimalkan akal pikiran (‘aqliy), kemudian memadukan / menyelaraskannnya dengan Al-Qur’an dan Hadits (naqliy) dalam mengambil setiap keputusan, dimana ketika keduanya bertentangan maka naql-nyalah yang harus menjadi imam. Hal ini bisa dilihat dari peninggalannya berupa Botol/Guci Minuman Keras Jaman Penjajahan Belanda dimana H. Abdulgani hendak mengajari anak keturunannya untuk senantiasa menggunakan akal pikirannya sebelum memutuskan segala sesuatu.

Sementara Achmad lebih yakin dengan ritual/semedi secara kejawen menggunakan kehalusan budi dengan tidak meninggalkan keislamannya sebelum suatu keputusan diambilnya. Hal ini tergambar dari doa-doa yang telah diajarkan kepada anak keturunannya yang bisa dilihat pada tautan https://ulamak.wordpress.com/perihal/doa-leluhur/

Sementara Kasbit sendiri adalah Ulama Fiqih nampak dari nama yang digunakan berasal dari istilah “Qabulush Shadaqati minal Kasbit Thayyibi wa Tarbiyatuha” dimana ini adalah salah satu Bab pada Kitab Fiqih Az-Zakat. Sebagai orang yang mengerti fiqih, beliau tentu terbiasa dengan perhitungan-perhitungan angka yang “njlimet” (hati-hati dan teliti) terutama terkait masalah harta dan hukum-hukumnya.

Dari sini dapat dianalisis bahwa sejarah Keramat Bedji Kebon sebagai berikut: 1) Nama Bedji merupakan gagasan H. Abulgani terkait dengan alasan-alasan yang telah diuraikan di atas; 2. Tanaman Kerabang Wungu, Ringin, dan Jambe adalah hasil laku batin (semedi) dari Achmad; dan 3. Empat puluh (40) ru luas Bedji adalah usulan dari Kasbit.

Maka ketiga tokoh sejarah ini telah disatukan dimana Kasbit berada di tengah-tengah menggandeng H. Abdulgani dengan semangat dimana keduanya sama-sama Religious Teacher yang sama-sama memiliki 40 murid, dan di lain sisi beliau juga menggandeng Achmad dengan semangat sama-sama berasal dari Kramat Watu  (Kerabang Wungu). Kemudian pada periode selanjutnya, ketiganya benar-benar menjadi tidak bisa dipisahkan sejak pernikahan Maryam putri H. Abdulgani Bedji Kebon dengan Amat Ngaliman alias Daliman putra Achmad Ardjowinangun (Ringin Jambe) dan pada periode selanjutnya lagi lebih dipererat saat pernikahan Marsinem dengan Menan seperti telah saya singgung di depan.

Sisi mistis yang lain terkait dengan angka-angka bahwa 1 (H. Abdulgani) + 1 (Kasbit) + 1 (Achmad) + 40 (Murid H. Abdulgani) + 40 (Murid Kasbit) + 1 Tanda makna kias di Bedji berupa Kerabang Wungu Ringin Jambe = 1 + 1 + 1 + 40 + 40 + 1 = 84. Jika angka 84 dipisah dan dijumlah kembali = 8 + 4 = 12. Kemudian jika angka 12 dipisah dan dijumlah kembali = 1 + 2 = 3.

Artinya ada semangat 3 (tiga) dalam satu kesatuan yakni H. Abdulgani + Kasbit + Achmad dan inilah nama-nama leluhur yang selalu di sampaikan oleh Mbah Marsinem kepada saya setiap kali mengadakan acara Kirim Doa untuk Leluhur. Semangat 3 (tiga) dalam satu kesatuan juga tidak lepas dari makna kias tanaman di Bedji Kebon berupa Kerabang Wungu + Ringin + Jambe seperti telah saya jelaskan di atas.

  • Masjid Gaib “Nurul Mujahidin” Pimpinan H. Abdul Karim
Masjid Gaib

Masjid Gaib “Nurul Mujahidin” Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur (Sumber: Google Maps, Senin 17 Agustus 2015)

“…The Tjiligon rebellion was to certain extent the result of the ardent propaganda made by Hadji Abdul Karim, Hadji Ismail, and Hadji Mardjuki. See Missive of the Consul of Djedah, dealing with the activities of H. Abdul Karim and H. Mardjuki, of Nov. 26, 1888…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

“…The next day, Sunday the first of July, he arrived in Bedji where he had meeting with Hadji Wasid, on which occasion he was appointed panglima perang (commander). On this return trip he visited Hadji Mohamad from Baros and then proceeded to Trumbu, where on 2 July, i.e. Monday night, he conferred with other kjais, and discussed the measures to be taken before starting the revolt…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Pemberontakan Petani Banten 1888 dipimpin oleh H. Wasid dari Bedji Tjilegon satu distrik dengan H. Abdulgani. Namun propaganda awalnya dilancarkan oleh H. Abdul Karim, H. Ismail, dan H. Mardjuki.

“…On the very day of departure, Monday, 13 February, 1876, Hadji Abdul Karim left Tanara, accompanied by ten members of this family, six persons to act as his escort during his voyage, and thirty or forty people who accompanied the kjai to Batavia…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

“…Hadji Mardjuki made it clear that he left that he had to vote againts the adoption of this premature date, and told the other leaders that he would leave Banten before the outbreak of the revolt, and return to Mecca. Should the rebellion succeed, then he might invite Sjech (Shaik) Abdul Karim and Sjech Nawawi to come over to Banten and joint in the Holy War. A few days later he left Banten, accompanied by his wife and children, taking with him a large amount of cash, which according to rumours amounted to about twenty thousand guilders…” (Sartono Kartodirdjo, The Peasant’s Revolt of Banten in 1888)

Hadji Mardjuki menganggap bahwa rencana pemberontakan masih terlalu dini, karena itu ia bersama anak dan istrinya meninggalkan Banten menuju Mekah sebelum meletusnya pemberontakan. Ia juga mengatakan kepada para pemimpin lainnya bahwa apabila pemberontakan berhasil maka mungkin akan mengajak Sjech Abdul Karim dan Sjech Nawawi kembali ke Banten untuk bergabung dalam perang suci ini.

Berdasarkan hasil snapshot yang saya lakukan di Google Maps hari Senin tanggal 17 Agustus 2015 nampak bahwa di sebelah timur agak ke utara dari lokasi Bedji Kebon terdapat sebuah masjid bernama Masjid Nurul Mujahidin. Sedangkan kenyataan secara kasat mata yang saya lihat bahwa masjid tersebut tidak ada. Yang ada di sekitar Bedji Kebon hari ini, Selasa 18 Agustus 2015 bahwa sebelah selatan agak ke barat dari Bedji Kebon adalah Musholla Nurul Kasbulloh.

Mbok Supi pernah bercerita pada saya: “Bahwa berdasarkan cerita orang-orang tua memang di Bedji Kebon ada masjid gaib yang dipimpin oleh Kyai Dulkarim. Bahkan jaman dulu jika kita tidur di lantai tanpa alas seringkali dari arah masjid gaib tersebut terdengar dengan jelas suara seperti sedang sholawatan, dimana yang mendengar suara tersebut tidak hanya satu atau dua orang melainkan banyak orang mengatakan hal yang sama”.

Tentang keberadaan masjid gaib tersebut juga telah saya tanyakan kepada Pakde Samuri Pathok (lahir 1923) dan istrinya Budhe Kalimah. Saat itu saya bersama istri (Marsini) dan anak-anak (Perfika Nisa Nuraini, dan Niluh Shelly Sukmaningrum) berkunjung ke rumah beliau pada acara “badan” (Silaturrohmi) Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah bahwa beliau berdua MENGIYAKAN MEMANG ADA.

Yang menjadi pertanyaan: “Mungkinkah Masjid Gaib yang ada di area Bedji Kebon ada kaitannya dengan H. Abdul Karim (Sjech Abdul Karim) Tanara seperti dituliskan dalam sejarah Geger Tjilegon 1888?”

Wallohu’alam.

4. Falsafah Hidup

Falsafah ialah satu disiplin ilmiah yang mengusahakan kebenaran yang umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa Melayu berasal daripada bahasa Arab فلسفة yang juga berasal daripada perkataan yunani Φιλοσοφία philosophia, yang bermaksud “cinta kepada hikmah”. Secara umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri seperti berikut:

  • Merupakan satu usaha pemikiran yang tuntas,
  • Tujuannya adalah untuk mendapatkan kebenaran

Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu dengan sangat mendalam. Tetapi, berfalsafah di sini bermaksud berfikir secara falsafah. Berfalsafah merupakan satu tanda yang penting bagi bidang falsafah. Ia boleh diibaratkan sebagai inti dalam falsafah. Berfikir secara falsafah ini harus mengandungi tiga ciri, iaitu:

  • Radikal
    Ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang ketuntasan, dengan ini dapat berfikir dengan sedalam-dalamnya sehingga kepada akar bagi sesuatu masalah.
  • Sistematik
    Berfikir sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesedaran dengan turutan yang tersusun.
  • Sejagat
    Sejagat bermaksud umum. Dalam corak pemikiran ini, pemikiran tidak terbatas pada bahagian-bahagian tertentu, tetapi jawapan keseluruhan bagi sesuatu persoalan. (Sumber: https://ms.wikipedia.org/wiki/Falsafah)

Falsafah atau filosofi secara umum telah di jelaskan awal halaman ini. Sedangkan lebih spesifik bahwa falsafah Keluarga Besar Dulgani – Acmad – Kasbit tergambar pada barang peninggalan beliau-beliau ini seperti telah disingggung di atas yaitu:

  • Botol Miras Jaman Penjajahan Belanda berlabelkan “Hulstkamp & Zoon & Molyn Rotterdam” (Dari Mbah Dulgani);
  • Boneka Cantik Warna Hijau Kekuning-kuningan (Dari Mbah Achmad Kardjo);
  • Selendang Sutra Warna Kuning (Dari Mbah Kasbit).

Bismillah, Ya Rohman Ya Rohiim. Dengan segala keterbatasan, ijinkan hamba mencoba menjelaskan / menterjemahkan makna dari barang-barang peninggalan tersebut.

Bahwa di dalam ketiga barang peninggalan tersebut pada hakekatnya mengandung makna yang begitu luas bagai samudera,  falsafah/filosofi hidup yang teramat dalam. Hanya orang-orang yang berfikir, yang mau menggunakan akalnya, yang senantiasa berserah diri pada Tuhannya, yang Inya-Alloh bisa menerjemahkan menguraikan semua ini dengan benar. Karenanya, jika apa yang saya tulis ini ada benarnya, itu semua adalah kehendak-Nya. Tetapi jika ada kesalahan, itu semua akibat kebodohan diri saya yang kerdil:

  • Botol Miras (Jasad)
    Jangan terpancing / terkecoh dengan wadah. Wadah itu hanyalah sarana atau alat. Ia tidak memiliki kekuatan apa pun. Karena wadah hanyalah objek (syariat). Di isi apa pun, bahwa wadah sama sekali tidak berhak / tidak bisa berontak. Yang lebih perlu diperhatikan dan lebih penting adalah isinya, yakni apa yang ada di dalam wadah tersebut (subjek / hakikat). Tetapi bagaimanapun bahwa wadah dalam arti syariat adalah sebuah keharusan dan wajib adanya sebagai sarana / kendaraan bagi subjek dalam arti hakikat itu sendiri menuju istana ketentraman / kedamaian. [Spirit Ketentraman / Kedamaian itu dilambangkan dengan warna HIJAU]

Mengapa botol miras saya gambarkan sebagai jasad? Ya, sebab materi botol miras tersebut adalah keramik tradisional dimana bahan dasar utamanya berasal dari tanah liat. Bukankah jasad manusia itu juga berasal dari tanah liat?

[وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَإٍ مَّسْنُونٍ [١٥:٢٦

Artinya:
(Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia) yaitu Nabi Adam (dari tanah liat kering) tanah liat kering yang apabila diketuk akan terdengar dari padanya suara melenting (yang berasal dari lumpur hitam) tanah liat yang hitam (yang diberi bentuk) diubah bentuknya. (QS. Al-Hijr : 26 – Tafsir Jalalayn)

Lihatlah sifat-sifat dasar dari pada tanah! Bukankah tanah itu ciptaan Alloh yang paling penurut alias sabar? Diideg-ideg pasrah, dipaculi iyo, dipanasi manut, diudani ora nolak, diuyuhi he eh, diisingi yo ra bakal nesu. Tetapi mengapa kebanyakan sifat manusia itu berbeda jauh dengan sifat asalnya? Bagaimana mungkin manusia itu bisa mendapatkan ketentraman / kedamaian, sementara kebanyakan dari mereka telah melupakan sifat-sifat dasarnya? Coba pikirkan!

Botol miras yang terbuat dari tanah liat sekaligus bentuk badannya yang melingkar, juga tidak salah jika itu dipandang sebagai miniatur bumi. Apabila kita mengambil falsafah ini maka peran manusia di bumi sebagai “khalifah fil al-ardhi” haruslah dilakukan dengan penuh tanggungjawab. Memakmurkan bumi dan tidak berbuat kerusakan sebagai khalifah adalah pengejawantahan pengabdian manusia kepada Tuhannya.

Tidak ada hubungan antara Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makhluk-Nya, kecuali hanyalah takwa, maka barang siapa yang bertakwa kepada Allah, dia lebih dekat kepada Allah dan lebih mulia disisi-Nya. Karena itu, janganlah kamu menyombongkan hartamu, kecantikanmu, jasadmu anak-anakmu, istanamu, mobilmu, dan apapun yang didunia ini.

Dari Abu Hurairah, Abdurrahman bin Shakhr radhiyallahu’anhu, dia mengatakan bahwa Rasulllah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak melihat fisik dan rupa kalian, akan tetapi Allah melihat hati [dan amal perbuatan] kalian.” (HR. Muslim no.2564)

[يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ [٤٩:١٣

Artinya:
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dalam keadaan sama, dari satu asal: Adam dan Hawâ’. Lalu kalian Kami jadikan, dengan keturunan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal dan saling menolong. Sesungguhnya orang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian. Allah sungguh Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha Mengenal, yang tiada suatu rahasia pun tersembunyi bagi-Nya. (QS. Al-Hujuraat : 13 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)

(Sumber: http://www.majalahgive.com/2014/11/allah-tidak-melihat-tampan-dan-cantikmu.html)

  • Boneka Cantik (Akhlaq)
    Menggambarkan manusia yang telah bisa berperilaku / berakhlaq mulia. Manusia yang telah menyadari sepenuhnya sebagai makhluk, sebagai hamba Alloh. Hamba yang telah sadar, hamba yang senantiasa berserah diri pada Tuhannya. [Spirit ketentraman / kedamaian yang telah ditunjukkan melalui perilaku / akhlaq mulia dengan senantiasa berserah diri pada Tuhannya dilambangkan dengan warna HIJAU KEKUNING-KUNINGAN].

Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah pencerminan dari akhlak.

Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu, selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak)

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)

Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada kamu kerabat, dan Allah  melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (16: 90)

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ (91) وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ اللَّهُ بِهِ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (92)

Artinya:
Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (16: 91)

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu. (16: 92)

(Sumber: http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/85554-tafsir-al-quran,-surat-an-nahl-ayat-90-92)

Dalam kitab “Ihya ‘Ulumuddin” jilid 3 halaman 75 Imam Al-Ghozali menerangkan bahwa ada 28 ciri-ciri orang yang berakhlak mulia, yaitu:

1. كثير الحياء
Artinya: Merasa malu melakukan perbuatan buruk.
2. قليل الأذى
Artinya: Tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain.
3. كثيرالصلاح
ِArtinya: Selalu bersikap baik kepada orang lain.
4. صدوق اللسلن
Artinya: Berkata jujur.
5. قليل الكلام
Artinya: Tidak banyak bicara.
6. كثير العمل
Artinya: Banyak berkarya.
7. قليل الزلل
Artinya: Sedikit melakukan kesalahan.
8. قليل الفضول
Artinya: Tidak banyak melakukan berlebih-lebihan, baik dalam perkatan maupun perbuatan.
9. بارا
Artinya: Berbuat kebajikan kepada sesama makhluk, khususnya manusia.
10. وصولا
Artinya: Menyambung tali silaturrahmi.
11. وقورا
Artinya: Respek atau menghormati orang lain, baik yang masih muda maupun yang sudah tua usianya.
12. شكورا
Artinya: Selalu bersyukur kepada Allah SWT.
13. صبورا
Artinya: Bersabar menghadapi segala cobaan hidup.
14. رضيا
Artinya: Ridho terhadap apa yang diberikan Allah SWT.
15. حليما
Artinya: Berusaha tidak lekas marah terhadap orang lain (murah hati).
16. رفيقا
Artinya: Welas asih kepada sesama makhluk, khususnya manusia.
17. عفيفا
Artinya: Memelihara diri dari perbuatan maksiat.
18. شفيقا
Artinya: Kasih sayang terhadap sesama makhluk.
19. لا لعانا
Artinya: Tidak sembarangan melaknat sesuatu atau orang lain kalau belum jelas permasalahan dan hukumnya.
20. لا سبابا
Artinya: Tidak suka mencela orang lain.
21. لا نماما
Artinya: Tidak suka mengadu domba kepada orang lain.
22. لا مغتابا
Artinya: Tidak melakukan ghibah (mengumpat-ngumpat) orang lain.
23. لا عجولا
Artinya: Tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu apapun.
24. لا بخيلا
Artinya: Tidak kikir terhadap harta yang dimiliki demi untuk menolong kesusahan orang lain.
25. لا حقودا
Artinya: Tidak berbuat dengki kepada orang lain.
26. لا حسودا
Artinya: Tidak berbuat hasud kepada orang lain.
27. بشاشا هشاشا يحب فى الله و يبغض فى الله
Artinya: Menampakkan wajah yang berseri-seri karena Allah dan benci karena Allah.
28. يرضى فى الله و يبغض فى الله
Artinya: Ridho dan benci karena Allah.

(Sumber: https://dwianggrayanan.wordpress.com/2012/06/04/28-ciri-ciri-orang-yang-berakhlak-mulia/)

  • Selendang Sutra (Alloh)
    Selendang Sutra Warna Kuning. Ingat bahwa selendang ini peninggalan dari Mbah Kasbit terbukti ketika dulu diminta Mbah Ras, oleh Mbah Menan diberikannya. (Mbah Menan dan Mbah Ras adalah sama-sama cucu dari Mbah Kasbit). Dan karena Kasbit, Achmad, juga Dulgani adalah petani, maka tidak berlebihan tentunya jika kuning itu kita gambarkan dalam ungkapan “padinya telah menguning”.

Padi yang telah menguning melambangkan manusia yang telah tua / matang. Tua / matang baik secara lahir maupun batin. Apa maksudnya? Saya kira hal ini tidak harus dijawab. Karena kita semua pasti tahu kemana lagi urusan selanjutnya manakala manusia itu sudah tua. Bukankah kita semua ini ahli kubur?

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Artinya:
(Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada syahwat) yakni segala yang disenangi serta diingini nafsu sebagai cobaan dari Allah atau tipu daya dari setan (yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak) yang berlimpah dan telah berkumpul (berupa emas, perak, kuda-kuda yang tampan) atau baik (binatang ternak) yakni sapi dan kambing (dan sawah ladang) atau tanam-tanaman. (Demikian itu) yakni yang telah disebutkan tadi (merupakan kesenangan hidup dunia) di dunia manusia hidup bersenang-senang dengan hartanya, tetapi kemudian lenyap atau pergi (dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik), sehingga itulah yang seharusnya menjadi idaman dan bukan lainnya. (QS. Ali-Imran : 14 – Tafsir Jalalayn)


Secara materi Botol Miras, Boneka Cantik, dan Selendang Sutra nampak terpisah sama sekali tidak ada kaitannya. Namun secara filosofi / falsafah adalah 3 dalam 1 kesatuan makna yang tak dapat dipisahkan. Satu makna yakni jalan yang lurus ( ISLAM ). Bukankah Islam itu Iman, Ilmu, dan Amal? Dan bukankah 3 (tiga) barang peninggalan tersebut di atas juga memiliki makna yang sama? Di samping itu, pernahkah saudara-saudaraku mencoba mencampurkan warna hijau dan kuning dalam komposisi 1:1? Warna apa yang dihasilkan, dan apa pula makna auranya? Wallohua’lam.


C. Simpulan

QS. Al-Asr : 1 s/d 3 - Tafsir Muhammad Quraish Shihab dari The Zekr Project

QS. Al-Asr : 1 s/d 3 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab dari The Zekr Project

  1. Kata kunci misteri siapa saja pendahulu / leluhur kita sebenarnya adalah pada nama Mbah Kasbit. Sebab nama KASBIT adalah satu-satunya nama (tidak ada Kasbit yang lain) tercatat pada dokumen milik Belanda yang kemudian di pinjam oleh Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo dan Prof. Dr W. F. Wertheim dalam buku sejarah “The Peasant’s Revolt of Banten in 1888”.
  2. Kasbit terkait dengan Keramat Bedji Kebon berhasil mengikat persaudaraan dengan Achmad dan Dulgani. Di satu sisi Kasbit menggandeng Achmad dengan semangat sama-sama berasal dari Kramat Watu, dan di sisi lain juga menggandeng Dulgani (Hadji Abdulgani) dengan semangat sama-sama sebagai Religious Teacher dengan 40 (empat puluh) murid.
  3. Terkait dengan barang-barang peninggalan. Dengan boneka cantiknya warna HIJAU KEKUNING-KUNINGAN, Achmad berhasil pula mengikat persaudaraan dengan Abdulgani dan Kasbit. Di satu sisi Achmad menggandeng Abdulgani dengan semangat makna warna HIJAU, dan di sisi lain juga mengikat Kasbit dengan semangat makna warna KUNING.
  4. Tali persaudaraan (silaturrohmi) mereka bertiga benar-benar sulit untuk dicerai-beraikan. Apakah sebagai anak keturunannya, sama sekali kita tidak mempunyai kepedulian menjaga perjuangan para leluhur tersebut? Jika tidak, tentu tidak ada yang perlu dibahas. Namun jika peduli, (terutama masalah menjaga silaturohmi): Apa yang sebaiknya harus kita lakukan?

D. Alamat

RT. 31 RW. 08 Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur – Indonesia |
e-Mail: dulgani.amat.karjo@gmail.com | Telp. (0355) 792905

Referensi:

  1. http://museumrotterdam.nl/collectie/item/63683?itemReturnStart=0&objectrow=14&itemReturnSearch=Hulstkamp
  2. http://www.capinggunung.com/2015/05/botol-miras-di-rumah-mbah-daliman.html
  3. http://tanggaislam.blogspot.com/2013/06/pengertian-wasiat-hukum-dan-hikmahnya.html
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Halusinasi
  5. http://link.springer.com/book/10.1007%2F978-94-017-6357-8
  6. https://books.google.co.id/books?id=1BRJCAAAQBAJ&pg=PT242&lpg=PT242&dq=h.+dulgani+of+bedji&source=bl&ots=uDC-wrIJwq&sig=olWmd5NS_1UKJEqpchQie1scVSs&hl=id&sa=X&ved=0CBsQ6AEwAGoVChMIutjhgdenxwIVxakeCh3saw2q#v=snippet&q=abdulgani%20bedji&f=false
  7. https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Esti
  8. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/15/bahaya-korupsi/
  9. http://ukurkadar.com/blog/ukuran-luas-dalam-dunia-properti
  10. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/14/selain-tuhan-bisakah-seseorang-mengetahui-hal-hal-gaib/
  11. https://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme
  12. https://id.wikipedia.org/wiki/Mujahidin
  13. http://www.herbalisnusantara.com/tanamanobat/5-075.pdf
  14. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/15/obat-pencahar/
  15. http://www.artikata.com/arti-173217-spirit.html
  16. http://www.gerbangilmu.com/2014/11/ciri-ciri-utama-dan-arti-manusia.html
  17. http://kbbi.web.id/solidaritas
  18. https://id.wikipedia.org/wiki/Sartono_Kartodirdjo
  19. https://nl.wikipedia.org/wiki/Wim_Wertheim
  20. https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi
  21. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/09/syekh-nawawi-tanara-serang-banten/
  22. https://id.wikipedia.org/wiki/Kejawen
  23. https://widi2382.wordpress.com/macam-ilmu-dalam-islam-kejawen/
  24. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/16/islam-kejawen/
  25. https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila_(Buddha)
  26. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/18/mengenal-icu-intensive-care-unite/
  27. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/10/syekh-abdul-karim-al-bantani/
  28. http://oktavialindamundarwati.blogspot.com/2014/06/sejarah-lokal_20.html
  29. https://ms.wikipedia.org/wiki/Falsafah
  30. https://ms.wikipedia.org/wiki/Ilmu
  31. https://id.wikipedia.org/wiki/Keramik
  32. http://www.majalahgive.com/2014/11/allah-tidak-melihat-tampan-dan-cantikmu.html
  33. https://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
  34. http://indonesian.irib.ir/islam/al-quran/item/85554-tafsir-al-quran,-surat-an-nahl-ayat-90-92
  35. https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Ghazali
  36. https://dwianggrayanan.wordpress.com/2012/06/04/28-ciri-ciri-orang-yang-berakhlak-mulia/
  37. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/22/aura-warna/
  38. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/21/hakikat-sabar/
  39. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/22/manusia-sebagai-khalifah-fil-al-ardhi/
  40. https://id.wikipedia.org/wiki/Petani
  41. https://ulamak.wordpress.com/2015/08/10/syariat-thariqat-haqiqat-marifat/
  42. https://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Quraish_Shihab
  43. http://zekr.org/quran/en/quran-for-linux

Tinggalkan komentar